Sabtu, 08 September 2012

Kerajaan Budha di Indonesia


 Perkembangan dan Peninggalan Kerajaan Budha di Indonesia

Setelah masuknya kebudayaan Hindu-Budha ke Indonesia, sistem kesukuan telah mengalami perkembangan. Sistem tersebut mengalami peleburan dan penggabungan menjadi kerajaan-kerajaan. Salah satu kerajaan Budha di Indonesia adalah kerajaan Sriwijaya.
A. Kerajaan Sriwijaya
Berdasarkan berita di Cina dapat diketahui bahwa di Singapura pada abad ke-7 sudah terdapat beberapa kerajaan, salah satunya kerajaan Sriwijaya. Kerajaan Sriwijaya ini sering disebu dengan kerajaan yang megah dan jaya. Sriwijaya mampu mengembangkan kerajaannya melalui keberhasilan politik ekspansi/perluasan wilayah ke daerah-daerah yang sangat penting artinya untuk  perdagangan.
Ada beberapa faktor yang mendorong perkembangan kerajaan Sriwijaya, yaitu :
·         Letaknya yang strategis, berada pada jalur perdagangan Indo-Cina.
·         Sriwijaya telah menguasai Selat Malaka, Selat Sunda, Semenanjung Malaya, dan Tanah genting.
·         Hasil bumi sebagai komoditas perdagangan yang berharga, terutama emas dan rempah-rempah.
·         Armada laut yang kuat, sehingga mampu menjalin kerja sama dengan kerajaan Cina dan India.
 
Kerajaan Sriwijaya banyak dipengaruhi budaya India , pertama oleh budaya agama Hindudan kemudiannya diikuti pula oleh agama Buddha. Agama Buddha diperkenalkan diSriwijaya pada tahun 425 Masehi. Sriwijaya merupakan pusat terpenting agama Buddha Mahayana.

Keterangan tentang Sriwijaya juga diperoleh dari prasasti-prasasti. Prasasti itu ditulis dengan huruf Pallawa dan berbahasa Melayu Kuno. Prasasti itu antara lain :
A.    Prasasti Kedudukan Bukit (683 M), ditemukan di Kedudukan Bukit, di tepi Sungai Tantang dekat Palembang. Isinya menerangkan pada tanggal 11 Waisaka 604 (23 April 682) Dapuntha Hyang (Sidhayartha) melakukan perjalanan dengan membawa 20.000 tentara/prajurit dan berhasil menaklukkan beberapa daerah.
B.     Prasasti Talang Tuo (684 M), ditemukan di sebelah barat Kota Palembang. Isinya menyatakan pembuatan tanaman Srikerta/Riksektra atas perintah Dapuntha Hyang.
C.     Prasasti Telaga Batu (683 M), ditemukan dekat Palembang. Isinya kutukan bagi rakyat yang melakukan kejahatan dan tidak taat pada raja.
D.    Prasasti Kota Kapur (686 M), ditemukan di Kota Kapur, Pulau Bangka. Prasasti ini menyebutkan bahwa adanya ekspedisi ke daerah seberang lautan (Pulau Jawa) untuk memperluas kerajaan dengan menundukkan kerajaan lain.
E.     Prasasti Karang Berahi (686 M), ditemuakn di Karang Berahi, Jambi Hulu. Berisi tentang permintaan kepada dewa untuk menghukum setiap orang yang bermaksud jahat terhadap Sriwijaya.
F.      Prasasti Ligor (775 M), ditemukan di Tanah Genting Kra, Ligor.
G.    Prasasti Nalanda (860 M), isinya bahwa Balaputradewa mengajukan permintaan kepada Raja Dewupaladewa dari Benggala untuk mendirikan Biara bagi mahasiswa dan pendeta Sriwijaya yang belajar di Nalanda.
Kerajaan Sriwijaya mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Balaputradewa dengan berhubungan dengan raja dari India. Balaputradewa adalah putra Samaratungga dari Dinasti Syailendra yang memerintah di Jawa Tengah tahun 812-824 M. Pada masanya, Sriwijaya memiliki armada laut yang kuat yang mampu menjamin keamanan di jalur-jalur pelayaran yang menuju Sriwijaya,sehingga banyak pedagang dari luar yang singgah dan berdagang di wilayah kekuasaan Sriwijaya tersebut
Berikut daftar silsilah para Raja Kerajaan Sriwijaya :

v  Dapunta Hyang Sri Yayanaga (Prasasti Kedukan Bukit 683 M, Prasasti Talangtuo 684 M)
v  Cri Indrawarman (berita Cina, 724 M)
v  Rudrawikrama (berita Cina, 728 M)
v  Wishnu (Prasasti Ligor, 775 M)
v  Maharaja (berita Arab, 851 M)
v  Balaputradewa (Prasasti Nalanda, 860 M)
v  Cri Udayadityawarman (berita Cina, 960 M)
v  Cri Udayaditya (Berita Cina, 962 M)
v  Cri Cudamaniwarmadewa (Berita Cina, 1003. Prasasti Leiden, 1044 M)
v  Maraviyatunggawarman (Prasasti Leiden, 1044 M)
v  Cri Sanggrama Wijayatunggawarman (Prasasti Chola, 1004 M)

Kerajaan Sriwijaya mengalami kemunduran pada akhir abad ke-12. Dibuktikan dengan adanya serajah Dinasti Sung yang menyatakan bahwa Sriwijaya mengirim utusan yang terakhir pada tahun 1178 M.


B. Peninggalan Sejarah yang bercorak Budha

a. Bidang Agama
1) Agama Budha disebar di Pulau Jawa, Sumatera dan Kalimantan.
2) Candi Borobudur sebagai tempat ibadah agama Budha.
b. Bidang Politik
- Kerajaan yang bercorak Budha Sriwijaya di Sumatera dan Kalungga (Jawa Tengah)
c. Bidang Seni
1) Candi
a) Candi Borobudur (Kab. Magelang, Provinsi Jawa Tengah). Didirikan pada tahun 824 Masehi (746 Saka) oleh Raja Mataram bernama Samaratungga, dari keturunan Syailendra. Candi ini didirikan untuk menghormati pendiri Dinasti Syailendra. Raja-raja Syailendra menganut agama Budha Mahayana. Bangunan candi terdiri dari 10 tingkat yang dibangun menjadi 3 bagian. Seluruh bangunan candi memuat relief, antara lain :
- Karmawibangga, yaitu relief yang menggambarkan berlakunya hukum sebab akibat (karma) bagi yang melakukannya.
- Lalitavistara, yaitu (kisah sandiwara). Kehidupan Budha yang bergelimang harta hanyalah sandiwara belaka.
- Awadana dan Jataka, relief ini menggambarkan tentang kehidupan Budha di masa lalu (Awadana) dan kisah tentang perbuatan kepahlawanan orang-orang suci (Jataka).
Sejak ditemukan kembali tahun 1814, mulai dilakukan usaha-usaha perbaikan diantaranya :
- 1907 – 1911, dipimpin Tb. Van Erp (orang Belanda).
- Tahun 1956, UNESCO mengirim utusan Dr. Coremans dari Belgia untuk penelitian akibat kerusakan candi.
- Tahun 1971, Menteri Pendirikan dan Kebudayaan RI membentuk badan pemugaran candi.
- Tahun 1973 – 1983, pemugaran ke-2 dan mendapat bantuan dari UNESCO.
b) Candi Mendut
Didirikan oleh Raja Indra tahun 824 terletak di sebelah timur Candi Borobudur. Ada 3 patung Budha yaitu, Cakramurti (duduk bersila), Awalokiteswara dan Maitrya.
c) Candi Kalasan
Didirikan tahun 778 M oleh keluarga Syailendra sebagai bangunan suci Dewi Tara yang diduga isteri dari Budha. Didalamnya terdapat arca Dewi Tara terbuat dari perunggu.
d) Candi-candi di Jawa Timur, antara lain : Candi Kidal (Malang) pada masa Raja Anusapati, Candi Jago (Malang) pada masa Wisnuwardana, Candi Jawi (dekat Prigen) masa Kertanegara sebagai Candi Siwa Budha, Candi Panataran (dekat Blitar).
e) Candi-candi Budha di Sumatera ; Komplek Candi Padang Lawas (Tapanuli), Candi Muara Takus (Jambi).
f) Candi-candi Budha di Jawa Barat ; Candi Jiwo (Batu Jaya, Karawang), Candi Bindongan (Karawang), Komplek Candi Cibuaya (Cibuaya, Karawang).
g) Candi-candi Budha di Jawa Tengah ; Candi Mendut (Magelang), Candi Pawon (Magelang), Candi Borobudur (Magelang).
h) Candi Budha di Yogyakarta ; Candi Sari, Candi Sewu, Candi Kalasan.
2) Patung Budha
Wujudnya Sang Budha tampil dalam berbagai posisi, tiap posisi mengandung arti / makna dan menghadap ke arah tertentu.
3) Prasasti
a) Kedukan Bukit (683), Pulau Talang Tuo (684), Pulau Telaga Batu. (ditemukan dekat Palembang).
b) Pulau Kotakapur (dekat Bangka). Pulau Karang Berahi (dekat Jambi).









1 komentar:

  1. ndk penting bnr inform ny ne mi, di buku sejarah pun ad ne...
    np ndk kau posting ttg perkembangan sejarah dan peninggalan maho di kelas XD...
    tu br menarik...

    BalasHapus