Perkembangan
dan Peninggalan Kerajaan Budha di Indonesia
Setelah
masuknya kebudayaan Hindu-Budha ke Indonesia, sistem kesukuan telah mengalami
perkembangan. Sistem tersebut mengalami peleburan dan penggabungan menjadi
kerajaan-kerajaan. Salah satu kerajaan Budha di Indonesia adalah kerajaan Sriwijaya.
A. Kerajaan Sriwijaya
Berdasarkan
berita di Cina dapat diketahui bahwa di Singapura pada abad ke-7 sudah terdapat
beberapa kerajaan, salah satunya kerajaan Sriwijaya. Kerajaan Sriwijaya ini
sering disebu dengan kerajaan yang megah dan jaya. Sriwijaya mampu mengembangkan
kerajaannya melalui keberhasilan politik
ekspansi/perluasan wilayah ke daerah-daerah yang sangat penting artinya
untuk perdagangan.
Ada
beberapa faktor yang mendorong perkembangan kerajaan Sriwijaya, yaitu :
·
Letaknya yang strategis, berada pada
jalur perdagangan Indo-Cina.
·
Sriwijaya telah menguasai Selat Malaka,
Selat Sunda, Semenanjung Malaya, dan Tanah genting.
·
Hasil bumi sebagai komoditas perdagangan
yang berharga, terutama emas dan rempah-rempah.
·
Armada laut yang kuat, sehingga mampu
menjalin kerja sama dengan kerajaan Cina dan India.
Kerajaan
Sriwijaya banyak dipengaruhi budaya India , pertama oleh budaya agama Hindudan kemudiannya diikuti pula oleh agama Buddha.
Agama Buddha diperkenalkan diSriwijaya pada tahun 425 Masehi. Sriwijaya
merupakan pusat terpenting agama Buddha Mahayana.
Keterangan
tentang Sriwijaya juga diperoleh dari prasasti-prasasti. Prasasti itu ditulis
dengan huruf Pallawa dan berbahasa Melayu Kuno. Prasasti itu antara lain :
A.
Prasasti Kedudukan Bukit (683 M),
ditemukan di Kedudukan Bukit, di tepi Sungai Tantang dekat Palembang. Isinya
menerangkan pada tanggal 11 Waisaka 604 (23 April 682) Dapuntha Hyang
(Sidhayartha) melakukan perjalanan dengan membawa 20.000 tentara/prajurit dan
berhasil menaklukkan beberapa daerah.
B.
Prasasti Talang Tuo (684 M), ditemukan
di sebelah barat Kota Palembang. Isinya menyatakan pembuatan tanaman Srikerta/Riksektra
atas perintah Dapuntha Hyang.
C.
Prasasti Telaga Batu (683 M), ditemukan
dekat Palembang. Isinya kutukan bagi rakyat yang melakukan kejahatan dan tidak
taat pada raja.
D.
Prasasti Kota Kapur (686 M), ditemukan
di Kota Kapur, Pulau Bangka. Prasasti ini menyebutkan bahwa adanya ekspedisi ke
daerah seberang lautan (Pulau Jawa) untuk memperluas kerajaan dengan
menundukkan kerajaan lain.
E.
Prasasti Karang Berahi (686 M),
ditemuakn di Karang Berahi, Jambi Hulu. Berisi tentang permintaan kepada dewa
untuk menghukum setiap orang yang bermaksud jahat terhadap Sriwijaya.
F.
Prasasti Ligor (775 M), ditemukan di
Tanah Genting Kra, Ligor.
G.
Prasasti Nalanda (860 M), isinya bahwa
Balaputradewa mengajukan permintaan kepada Raja Dewupaladewa dari Benggala
untuk mendirikan Biara bagi mahasiswa dan pendeta Sriwijaya yang belajar di
Nalanda.
Kerajaan
Sriwijaya mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Balaputradewa dengan
berhubungan dengan raja dari India. Balaputradewa adalah putra Samaratungga
dari Dinasti Syailendra yang memerintah di Jawa Tengah tahun 812-824 M. Pada
masanya, Sriwijaya memiliki armada laut yang kuat yang mampu menjamin keamanan
di jalur-jalur pelayaran yang menuju Sriwijaya,sehingga banyak pedagang dari
luar yang singgah dan berdagang di wilayah kekuasaan Sriwijaya tersebut
Berikut daftar silsilah para Raja
Kerajaan Sriwijaya :
v
Dapunta Hyang Sri Yayanaga
(Prasasti Kedukan Bukit 683 M, Prasasti Talangtuo 684 M)
v
Cri Indrawarman
(berita Cina, 724 M)
v
Rudrawikrama (berita
Cina, 728 M)
v
Wishnu (Prasasti
Ligor, 775 M)
v
Maharaja (berita
Arab, 851 M)
v
Balaputradewa
(Prasasti Nalanda, 860 M)
v
Cri Udayadityawarman
(berita Cina, 960 M)
v
Cri Udayaditya
(Berita Cina, 962 M)
v
Cri Cudamaniwarmadewa
(Berita Cina, 1003. Prasasti Leiden, 1044 M)
v
Maraviyatunggawarman
(Prasasti Leiden, 1044 M)
v
Cri Sanggrama Wijayatunggawarman (Prasasti Chola, 1004 M)
Kerajaan
Sriwijaya mengalami kemunduran pada akhir abad ke-12. Dibuktikan dengan adanya
serajah Dinasti Sung yang menyatakan bahwa Sriwijaya mengirim utusan yang
terakhir pada tahun 1178 M.
B. Peninggalan Sejarah yang
bercorak Budha
a. Bidang Agama
1) Agama Budha disebar di
Pulau Jawa, Sumatera dan Kalimantan.
2) Candi Borobudur sebagai
tempat ibadah agama Budha.
b. Bidang Politik
- Kerajaan yang bercorak
Budha Sriwijaya di Sumatera dan Kalungga (Jawa Tengah)
c. Bidang Seni
1) Candi
a) Candi Borobudur (Kab.
Magelang, Provinsi Jawa Tengah). Didirikan pada tahun 824 Masehi (746 Saka)
oleh Raja Mataram bernama Samaratungga, dari keturunan Syailendra. Candi ini
didirikan untuk menghormati pendiri Dinasti Syailendra. Raja-raja Syailendra
menganut agama Budha Mahayana. Bangunan candi terdiri dari 10 tingkat yang
dibangun menjadi 3 bagian. Seluruh bangunan candi memuat relief, antara lain :
- Karmawibangga, yaitu relief
yang menggambarkan berlakunya hukum sebab akibat (karma) bagi yang
melakukannya.
- Lalitavistara, yaitu (kisah
sandiwara). Kehidupan Budha yang bergelimang harta hanyalah sandiwara belaka.
- Awadana dan Jataka, relief
ini menggambarkan tentang kehidupan Budha di masa lalu (Awadana) dan kisah
tentang perbuatan kepahlawanan orang-orang suci (Jataka).
Sejak ditemukan kembali
tahun 1814, mulai dilakukan usaha-usaha perbaikan diantaranya :
- 1907 – 1911, dipimpin Tb.
Van Erp (orang Belanda).
- Tahun 1956, UNESCO mengirim
utusan Dr. Coremans dari Belgia untuk penelitian akibat kerusakan candi.
- Tahun 1971, Menteri
Pendirikan dan Kebudayaan RI membentuk badan pemugaran candi.
- Tahun 1973 – 1983,
pemugaran ke-2 dan mendapat bantuan dari UNESCO.
b) Candi Mendut
Didirikan oleh Raja Indra
tahun 824 terletak di sebelah timur Candi Borobudur. Ada 3 patung Budha yaitu,
Cakramurti (duduk bersila), Awalokiteswara dan Maitrya.
c) Candi Kalasan
Didirikan tahun 778 M oleh
keluarga Syailendra sebagai bangunan suci Dewi Tara yang diduga isteri dari
Budha. Didalamnya terdapat arca Dewi Tara terbuat dari perunggu.
d) Candi-candi di Jawa Timur,
antara lain : Candi Kidal (Malang) pada masa Raja Anusapati, Candi Jago
(Malang) pada masa Wisnuwardana, Candi Jawi (dekat Prigen) masa Kertanegara
sebagai Candi Siwa Budha, Candi Panataran (dekat Blitar).
e) Candi-candi Budha di
Sumatera ; Komplek Candi Padang Lawas (Tapanuli), Candi Muara Takus (Jambi).
f) Candi-candi Budha di Jawa
Barat ; Candi Jiwo (Batu Jaya, Karawang), Candi Bindongan (Karawang), Komplek
Candi Cibuaya (Cibuaya, Karawang).
g) Candi-candi Budha di Jawa
Tengah ; Candi Mendut (Magelang), Candi Pawon (Magelang), Candi Borobudur
(Magelang).
h) Candi Budha di Yogyakarta ;
Candi Sari, Candi Sewu, Candi Kalasan.
2) Patung Budha
Wujudnya Sang Budha tampil
dalam berbagai posisi, tiap posisi mengandung arti / makna dan menghadap ke
arah tertentu.
3) Prasasti
a) Kedukan Bukit (683), Pulau
Talang Tuo (684), Pulau Telaga Batu. (ditemukan dekat Palembang).
b) Pulau Kotakapur (dekat
Bangka). Pulau Karang Berahi (dekat Jambi).
ndk penting bnr inform ny ne mi, di buku sejarah pun ad ne...
BalasHapusnp ndk kau posting ttg perkembangan sejarah dan peninggalan maho di kelas XD...
tu br menarik...